Sabtu, 19 Mei 2012

REVOLUSIONER DAN CINTA PERUBAHAN


Kubuka album biru
Penuh debu dan usang
Kupandangi semua gambar diri
Kecil besih belum ternoda

Fikirkupun melayang
dahulu penuh kasih
teringat semua cerita orang
tentang riwayatku…

Sajak lirih melli goeslow sejenak memutar kembali rekaman hidup dalam ingatanku…

L
elah aku terlelap dalam kandungan ibunda tercinta bermimpi menyusun konsep kehidupan kedepan yang kini tak lagi kuingat, hingga tepat pada malam jum’at wage 31 Desember 1993 M/17 Rajab 1414 H, aku meronta-ronta keluar dari rahim ibunda untuk segera melihat dunia, tangisku memecah keheningan malam dan semakin menyemarakkan kemeriahan malam pergantian tahun tersebut di kediaman keluarga
di desa Kedungleper Rt.02/03, kala itu jarum pendek pada jam dinding menunjuk angka 10, dari sinilah perjalanan panjangku di mulai.

5 bulan setelah itu untuk sementara aku tidak dapat menyedot ASI ibunda, karena beliau harus dirawat di rumah sakit untuk operasi tumor yang menemaniku selama dalam kandungan. bisa dikatakan aku bisa lahir dengan selamat adalah sebuah keberuntungan. dari situlah nama Muhammad Aflah aku sandang hingga sekarang ini. kata “Aflah” ayah ambil dari al-qur’an yang bermakna “orang yang beruntung“ dengan harapan kehadiranku setelah kak fazal (Muhammad Fazal Himam), akan membawa keberuntungan dan menjadi orang yang selalu beruntung baik didunia maupun di’akhirat kelak. Amin…
Setelah kak fazal dan aku 5 tahun kemudian disusul adikku Muhammad Faizin Mubarrak dan Muhammad Fajri Tamami 5 tahun setelah adik pertamaku.

MASA KANAK-KANAK
Aku beruntung dapat dididik dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang religius, betapa tidak, Ali Miftah dan Ulfiah adalah ayah dan ibundaku, kedua hafidz dan hafidzah dari pondok pesantren yanbu’ul qur’an ini sangat berjasa membesarkan aku dengan menanamkan kedisiplinan untuk belajar agama terlebih dalam membaca al-qur’an. sejak dini dengan sabar ayah yang mengenalkanku akan huruf hijaiyyah bersama murid-murid ngajinya setelah shalat maghrib.

namun aku bukan ayah bukan pula ibu, aku adalah aku, dibanding ilmu agama yang statis aku lebih suka bereksperimen dan mencari hal-hal yang baru, ketidak sejalanan inilah yang membuat aku dipandang ndablek oleh kedua pengasuhku.

Ketegasan nampak jelas pada kedua sosok ayah dan ibu yang membesarkanku hingga sekarang. Pernah suatu ketika kala aku tidak mau ngaji, dampar melayang tepat mengenai tubuh ringkihku, aku juga pernah ditaruh dalam bak mandi bersama seekor ikan lele besar seukuran paha orang dewasa hanya karena tidak mau mandi dan sempat aku di kurung seharian dalam kamar yang sangat gelap karena aku nangis ingin ikut ayah pergi ke pasar dan masih banyak lagi.

Ketika aku berusia 2 tahun aku memulai eksperimen pertama yang tak terlupakan, saat itu aku lepas dari pengawasan, aku mencoba mendekati sebuah termos pencet yang biasa ibu pakai ketika membuatkan susu untukku, aku raih dengan susah payah, kemudian dengan penuh rasa penasaran aku pencet tombol diatasnya, seketika air panas yang baru saja dimasukkan dalam termos tersebut keluar mengenai dada kananku hingga meninggalkan bekas luka yang masih nampak sampai saat ini.

Menginjak tahun ketiga aku iri melihat keceriaan anak-anak seusiaku berkumpul di taman kanak – kanak Tarbiyatul Athfal Kedungleper yang terletak tepat didepan rumah, sering aku di ajak budhe mif (miftahul jannah) yang kebetulan ikut mengajar disana, dan tak lama kemudian aku didaftarkan secara resmi menjadi salah satu siswanya meskipun dari segi usia aku lebih muda 1-2 tahun dibanding teman-teman yang lain.

pagi hari aku pergi sekolah seperti anak-anak yang lain dan siangnya aku belajar alif, ba’, ta’ di TPQ YASSIR LANA, sebuah taman pendidikan al’qur’an yang dikelola oleh ayah.
Suatu hari ketika aku hampir lulus TK, aku di ajak budhe untuk ngaji tartil di Jepara tanpa tahu maksud dan tujuannya, tanpa canggung aku melantunkan surah Al-bayyinah diatas podium yang telah ditunjukkan hingga ayat terakhir didepan puluhan anak yang lain.
Selang beberapa minggu kemudian aku diajak lagi untuk ngaji, kali ini tempatnya di pendopo kabupaten jepara dan aku diberi 1 stell baju putih, tentu saja aku senang dan surah Al-Bayyinah kembali aku baca hingga selesai.

Beberapa hari setelah itu aku dikejutkan dengan hadirnya sebuah piala diruang tamu yang kemudian aku eja beberapa tulisan dibawahnya “JU-A-RA III LOM-BA TAR-TIL QUR-AN TING-KAT TK SE-JA-WA TE-NGAH” selain itu ada juga selembar kertas yang mana dibagian bawah terpampang fotoku, kata Ibu itu adalah sebuah piagam penghargaan juara I lomba tartil qur’an tingkat TK se kabupaten jepara yang aku dapatkan ketika ngaji pertama. Memang, pada waktu itu Jepara menjadi tuan rumah musabaqah tilawati qur’an (MTQ) tingkat jawa tengah.

Setelah lulus TK. Aku melanjutkan belajar di MI Miftahul Huda masih didesa aku tinggal, tiga tahun kemudian tepatnya ketika aku kelas 3 aku diwisudakan bersama teman-teman TPQ yang lain. Kiranya tak cukup dengan hanya membaca Alqur’an, untuk lebih memperdalami Ilmu agama aku masuk atas kehendak ayah ibu di madrasah diniyyah ula miftahul huda untuk melanjutkan sekolah soreku setelah TPQ yang tempatnya masih satu gedung dengan sekolah formalku, hanya saja waktunya yang lain, pagi dan sore.

Pada masa ini bakat – bakat aku mulai nampak, pernah aku menjadi pendamping putri dhomas pada acara pernikahan, selain itu aku mulai dilatih tilawah untuk mengisi acara muwadda’ah TPQ serta menjadi vokalis pada group rebana “YASSIRLANA”.







Namun semua itu tidak menjamin kebahagiaanku, mungkin aku berbakat namun dari segi fisik aku tergolong lemah dan tak seperti kebanyakan anak laki-laki yang lain, kata orang aku klemar-klemer, blewah-bleweh, jeréh dan masih banyak lagi kata yang menusuk telinga hingga hati. Sering aku di hina, di cemooh, dan dibuat kalah-kalahan ketika bermain bersama, bahkan karena ketidak berdayaanku sempat aku menggantikan posisi bola dilapangan untuk disepak bersama, hal itulah yang mendorong aku menjadi pendiam, pelamun, penyendiri, penakut dan jarang berinteraksi dengan teman sebayaku dikampung, dan untuk bermain aku lebih memilih bersama anak-anak putri yang lebih dapat menerima aku apa adanya, seperti itulah aku menjalani keseharianku tanpa sekalipun mengadu karena aku ingin merasakan semua ini sendiri.

Menginjak kelas lima aku mulai aktif di sekolah, mengikuti latihan pramuka dan perkemahan – perkemahannya, mengisi acara peringatan hari-hari besar islam dari tilawah hingga ceramah, dan sering mewakili MI Miftahul Huda mengikuti lomba-lomba lintas madrasah dari kecamatan hingga kabupaten yang diantaranya:
• Lomba mapel IPA sekecamatan bangsri, pada lomba mapel favoritku ini aku kurang beruntung, hampir saja aku memboyong juara III namun karena nilaiku ada yang menyamai akhirnya diseleksi ulang dan kalah.
• Lomba tilawah sekabupaten jepara, latihan-latihanku semenjak kecil terasa berguna kala aku mengikuti lomba ini dan akhirnya aku membawa pulang piala
runner up yang sampai saat ini aku simpan di rumah.
• Lomba anak teladan sekecamatan bangsri, lomba yang bertempat di SD Krasak ini meliputi test akademik tentang seluruh mapel secara umum, kemampuan dalam memecahkan masalah, perilaku sehari-hari, prestasi-prestasi yang pernah dicapai, serta bakat dan kemampuan yang dimiliki. Dengan segala keterbatasan aku mengikuti semua dengan baik dan alhamdulillah pada pengumuman nama adik kelas yang aku pinjam menduduki peringkat ketiga. Memang, pada lomba ini aku berusaha untuk mengharumkan nama madrasah atas orang lain, bahkan setelah pengumuman banyak yang memberi ucapan selamat kepada adik kelasku tersebut.
• Lomba tilawah sekabupaten jepara untuk kedua kalinya, inilah lomba terakhir yang aku ikuti untuk madrasah, dengan waktu kurang lebih 2 x 24 jam aku berlatih semaksimal mungkin untuk mengikuti lomba ini, dan tak seorangpun yang menyangka kalau aku akan membawa pulang gelar juara pertama, dan kemudian aku dipercaya untuk mewakili jepara pada MTQ tingkat jawa tengah yang kebetulan pada saat itu kabupaten jepara menjadi tuan rumah, namun aku hanya membawa tangan hampa sepulang mengikuti lomba tersebut.

Itulah beberapa cabang lomba yang aku ikuti secara pribadi, selain mengikuti lomba aku juga sering di beri tugas untuk membacakan ayat suci alqur’an pada acara pengajian umum.

Ada hitam ada juga putih. itulah yang membuat dunia semakin indah. selain prestasi-prestasi yang cukup membanggakan sempat juga aku berdiri dilapangan karena terlambat masuk kelas ketika istirahat. hal itu terjadi berulang-ulang apalagi ketika sungai surut. dari pada jajan aku lebih suka bermain disungai dan mencari hal-hal baru yang tak kudapatkan dikelas. bahkan pada klimaksnya aku dikatakan guru IPA ku sebagai anak yang sok bisa dan menyepelekan pelajaran. Perkataan tersebut jelas membuat hatiku gundah. Apalagi terucap dari lisan seorang pahlawan tanpa tanda jasa, untuk itu kemudian aku membuat surat pernyataan yang berisi janji untuk tidak mengulangi kembali sekaligus permohonan maaf yang bertanda tangan ayah sebagai penguat.

MENCARI JATI DIRI
Setelah selesai belajar di MI aku lulus dengan nilai cukup baik (peringkat 6 sekecamatan Bangsri) kemudian aku mengikuti jejak kak fazal untuk menimba ilmu di Madrasah Tsanawiyah Wahid Hasyim Bangsri, dari sini aku mulai kesulitan untuk melengkingkan suaraku, suara yang dulu cempreng sekarang menjadi lebih ngebass dan berat seiring dengan bertambahnya usia, kata guru tilawahku aku sedang mengalami masa peralihan suara dan sementara aku tidak diperkenankan untuk tilawah hingga suaraku berubah sepenuhnya menjadi suara yang dewasa.

Karena tak pernah dilatih dan mengkonsumsi makanan dengan sembarang akhirnya perlahan keindahan suaraku memudar, aku tak bisa apa-apa lagi, aku semakin down, sepucuk rasa percaya diri sirna, tak ada lagi yang bisa aku banggakan bahkan ketika mengikuti lomba tilawah tingkat kecamatan aku hanya bisa menjadi runner up.

Menginjak masa pubertas ini aku semakin dipojokkan oleh pertanyaan yang tak kunjung ku dapat jawabnya, siapa aku???. Aku semakin terombang – ambing tak tentu arah, tak tahu jati diriku, merenung mengapa aku dilahirkan tidak seperti mereka? belum lagi perlakuan teman-temanku yang semakin membuatku tak tahan yang selalu menjadikanku boneka dan bahan ejekan, sampai kapan aku akan terus seperti ini?

Diam-diam aku mulai mencoba menghisap batang rokok dengan maksud supaya teman – teman tahu bahwa aku juga lelaki seperti mereka, tapi hal itu tidak berlangsung lama sampai suatu hari aku dipertemukan oleh sebuah benda bernama komputer, saat itu aku diajak kak fazal yang kebetulan pengurus organisasi IPNU untuk mengetik sebuah laporan pertanggung jawaban di laboratorium komputer madrasah, sembari menunggu aku dipersilakan untuk menghidupkan sebuah perangkat yang masih asing pada waktu itu, aku terkesima melihat ada sebuah anak panah kecil diTV yang bergerak mengikuti arah tanganku setelah aku gerak-gerakkan sebuah alat beroda bola yang mempunyai dua tombol berbunyi klik ketika aku tekan. Dan huruf-huruf bemunculan ketika aku tekan tombol-tombol yang ada pada papan tombol. Sungguh pengalaman yang mengesankan, entah mengapa perkenalan singkat itu membuat aku semakin penasaran untuk mengenalnya lebih jauh, mungkin aku adalah orang pertama yang berkenalan dengan benda tersebut diantara teman-teman sekelas yang lain, dari sinilah aku mulai giat untuk mendalami ilmu komputer.

Setelah kepengurusan kak fazal melaporkan pertanggung jawabannya dan demisioner dibentuklah sebuah kepengurusan baru, aku berkesempatan mengisi posisi sebagai wakil sekretaris dan aku menerimanya dengan senang hati, pertama aku memang agak canggung bersama pengurus yang lain namun lama – kelamaan aku mulai terbiasa, sebagai wakil aku terbilang rajin mengikuti rapat-rapat dan kegiatan – yang dilaksanakan hingga pada periode berikutnya aku dipercaya untuk memegang seluruh kendali sebuah organisasi yang akan mencetak kader muda yang militan dan kompetitif di MTs. Wahid Hasyim dalam kurun waktu 1 tahun.

Mau tidak mau aku harus menjadi yang lebih terbuka dengan orang lain, tidak hanya diam dan belajar untuk berfikir kritis serta menjunjung tinggi ajaran ki hajar dewantara
“ing ngarso sung tuladha“, bersama rekan dan rekanita yang lain aku menjalankan estavet kepengurusan dengan maksimal, dan alhamdulillah selama 1 tahun terbentuk program – program kerja yang cukup membanggakan.

Kondisi madrasah yang sangat terbatas tak membatasiku untuk terus berkembang, selain aktif di kandang sendiri aku juga aktif menghadiri undangan – undangan dari luar seperti undangan rapat, seminar, lomba – lomba, dlsb. bahkan pada saat aku menghadiri konferensi cabang (konfercab) IPNU-IPPNU kabupaten jepara hampir saja aku terpilih menjadi ketua pimpinan cabang, namun karena ada sebuah syarat mutlak yang tak bisa aku penuhi yaitu harus tamat SLTA/sederajad akhirnya aku gugur. ntah itu hanya sebuah guyonan atau sekedar formalitas saja yang jelas hal itu benar-benar terjadi dan disaksikan oleh peserta konfercab yang dihadiri oleh seluruh pimpinan komisariat, pimpinan ranting dan pimpinan anak cabang sekabupaten jepara, hal itu membuat sebuah catatan baru dalam sejarah pemilihan calon ketua cabang IPNU termuda yang pernah ada di kabupaten jepara bahkan di Indonesia pada waktu itu.

Tak sia – sia aku begelut dalam dunia organisasi, tanpa aku sadari ada perubahan besar pada diriku, aku yang semula penakut menjadi lebih berani didepan, aku mulai berani berinteraksi dengan yang lain tanpa rasa takut dan malu bahkan dengan para guru sekalipun, aku mempunyai banyak relasi diluar lingkungan sekolah, lebih mudah dalam menerima pelajaran karena dukungan materi – materi lain di luar mata pelajaran dan masih banyak lagi.

Semua perubahan itu tak seketika jatuh dari langit, bukan tak pernah aku terjatuh dalam menjalankan roda organisasi, berulang kali aku dicaci – maki terhadap orang yang kontra terhadapku, banyak acara yang tidak berjalan sesuai dengan target, hingga nilai mata pelajaran banyak yang down karena sering meninggalkan pelajaran dan masih banyak lagi, namun aku tetap berfikir positif tak ada yang salah namun yang ada hanyalah proses untuk benar, itulah yang telah merubahku.

Untuk menjadi seorang laki-laki yang jantan tidak harus dengan merokok, merokok sejatinya akan membuat seseorang menjadi lemah. yang namanya jantan tidak harus pandai berkelahi, berkelahi hanya akan membuat derajad manusia jatuh. Yang jelas
laki – laki yang jantan harus berani, berani menerima tantangan, berani jatuh, dan berani untuk bangkit dan berubah. Kebanggaan tak selamanya berasal dari harta maupun paras yang indah, namun kita akan merasa lebih kaya dan tampan kala kita bangga menjadi diri sendiri. Sedikit aku telah menjawab pertanyaan yang selama ini membelengguku.

MEMAKSIMALKAN MASA REMAJA
Waktu terus berjalan, akhirnya aku selesai mengganyah bangku pendidikan di madrasah tsanawiyah dan lulus dengan sangat baik. dari 80 siswa/siswi aku mendapat peringkat paling atas. baik nilai rapor maupun hasil UN. Dan aku kembali dipojokkan oleh satu pertanyaan kemana aku akan melanjutkan sekolah??? Karena pada dasarnya keinginanku dan keinginan ayah ibu bertolak belakang, mereka ingin aku menjadi seorang yang mahir dalam Ilmu agama dan mampu menghafal al-qur’an namun aku ingin menjadi seorang yang mahir dalam pengetahuan serta penguasaan dalam bidang sains dan teknologi.

Namun Allah maha Adil, akhirnya atas kehendak-Nya aku justru masuk di madrasah aliyah yang hanya mempunyai 1 jurusan yaitu IPS tanpa tes penyaringan, dan aku harus membuang jauh semua anganku untuk lebih mendalami ilmu sains. Pada awalnya aku merasa kurang nyaman belajar di MA. Wahid Hasyim Bangsri, namun lama kelamaan aku menjadi lebih terbiasa, dan aku tersadar inilah adalah jalan tengah antara keinginan ayah ibu dengan aku.

jika dilihat dari segi fisik madrasah ini memang terbilang cukup kecil, namun jika di perhatikan betul ada sesuatu yang berbeda. madrasah ini menggunakan prinsip kekeluargaan, hampir semua siswa diperhatikan betul tingkah polah dalam kesehariannya. dan jika ada sesuatu yang salah pada salah seorang siswa maka ia akan mendapat bimbingan lebih layaknya seorang orang tua yang mendidik dan memperhatikan anaknya. Disini juga aku mendapat sebuah pelajaran yang mungkin akan sangat berharga ketika nanti terjun didalam masyarakat yaitu belajar menerima keadaan yang jauh dengan apa yang diharapkan. Selain itu aku juga merasa lebih diperhatikan.

Bagiku aku tak merasa jika aku telah pindah madrasah. aku fikir aku hanya naik kelas. karena tak ada yang asing lagi disini. dari tempat, guru, dan teman hampir semua sama ketika aku di MTs. Wajar saja MA ini memang masih satu yayasan dengan MTs. Wahid Hasyim.

Meski tergolong siswa baru aku tak mau kalah dengan para kakak kelasku. Karena aku fikir masa remaja adalah masa keemasan bagi setiap manusia, aku tak ingin melaluinya dengan sia-sia apalagi hingga menimbulkan penyesalan. Hal itulah yang mendorong aku untuk aktif dalam berbagai kegiatan positif baik di dalam maupun luar lingkungan sekolah agar tidak terjerumus dalam jurang kenistaan. khususnya PRAMUKA dan IPNU:
Beberapa hal yang dapat aku lakukan dalam satu-satunya organisasi kepaduan yang diakui oleh Negara antara lain:
• menjadi pembaca do’a renungan ulang janji di SMP 1 Bangsri 2 tahun berturut-turut
• terlantik sebagai bantara pramuka penegak ambalan MA. Wahid Hasyim
• mengikuti survival dan perkemahan wirakarya kabupaten jepara
• menjadi kerani dalam ambalan MA. Wahid Hasyim hingga sekarang
• Ikut aktif mengikuti kegiatan saka Bhayangkara polsek Bangsri
• Terlantik sebagai senior saka bhayangkara
• Menjadi kerani dalam pengurus harian saka bhayangkara.
• Menjadi sie. Kegiatan dalam pramuka Binwil Bangsri







Dalam organisasi pengkaderan NU ini aku telah belajar banyak hal diantaranya:
• Menjadi ketua IPNU PK. MA. Wahid Hasyim Bangsri periode 2009/2010
• Mengikuti diklat Corp Brigadir Pembangunan (CBP) dan Korp Pandu Putri (KPP)
• Menjadi anggota tetap sekaligus menjabat sebagai sekretaris dalam kepengurusan CBP KPP hingga sekarang.
• Mengikuti lomba cerkas bersama ayyinatus SE. dan Fitrotun ni’mah dalam porseni PAC. Bangsri dan membawa pulang piala runner up.
• Mendampingi Ketua IPNU dalam menjalankan tugas pada periode 2010/2011 (saat ini)
• Menjadi sekretaris II pada kepengurusan pimpinan anak cabang (PAC) IPNU kecamatan Bangsri hingga saat ini.















Selain IPNU dan Pramuka saat menginjak kelas XI MA. Wahid Hasyim diperkenalkan sebuah ekstrakulikuler baru bernama jurnalistik, semenjak kemunculannya aku langsung tertarik untuk mengikutinya. Karena disinilah hobiku dalam dunia grafis digital tersalurkan dan sedikit banyak aku dapat mendalami ilmu tulis-menulis. Beberapa hal yang dapat aku lakukan adalah sbb:
• Menjadi pimpinan umum Institusi Pers Siswa (InPerS) hingga saat ini.
• Menjadi layoutter tunggal dalam penerbitan majalah dinding maupun Koran selembar (hingga saat ini)

Kita telah diciptakan sebagai mekanisme pencapai kesuksesan. Kita sebenarnya diciptakan untuk menaklukkan lingkungan, memecahkan masalah, dan mencapai tujuan. Kita tidak akan menemukan kebahagiaan atau kepuasan yang nyata dalam hidup bila tidak ada hambatan untuk ditaklukkan dan tujuan untuk dicapai. Dan Tidak ada waktu yang lebih baik selain “sekarang” untuk memulai hidup yang baik. Kita tidak perlu menciptakan ulang kehidupan kita yang telah lalu. Mulailah meskipun hanya dengan satu langkah, yang penting kita telah memulai, dan jangan ditunda untuk besok.

Untuk saat ini aku masih duduk dikelas XI-IS-2, sebuah kelas heterogen yang membuat aku belajar banyak hal yang tak ada dalam kompetensi dasar pada mata pelajaran apapun. Disini aku mulai berani merajut sebuah impian untuk menjadi MUHAMMAD AFLAH

“sukses memang sulit, namun akan jauh lebih sulit lagi jika tidak sukses”

(muhammad aflah, 20 April 2010)
»»  read more

Pengunjung

Pengikut